Dari
Orde Baru Menuju Reformasi
A. Bangsa
Indonesia pada Masa Orde Baru
|
11
Maret 1955
|
6
Juni 1968
|
1
April 1969
|
3 Juli 1971
|
|
Keluarnya
Surat Perintah Sebelas Maret
|
Kabinet
Pembanguna I
|
Pelaksanaan
Pelita I
|
Pemilu I masa Orde
Baru
|
1.
Awal
Pemerintah Orde Baru
Peristiwa G 30 S/PKI merupakan titik awal menuju
proses-proses kejatuhan Orde Lama (Pemerintah Soekarno). Beragam peristiwa
terus terjadi sejak menyerahnya Jepang pada sekutu, seperti
perundingan-perundingan yang selalu melemahkan posisi pemerintah Indonesia,
Agresi Militer Belanda dan upaya kudeta yang dilakukan PKI pada September 1965.
Kondisi ketidakstabilan tersebut terus berlangsung
pasca 1965 dengan munculnya aksi-aksi demonstrasi para pemuda dan mahasiswa
yang bergabung dalam Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi tersebut memberikan tiga tuntutan
pada pemerintah Soekarno yang dikenal dengan Tritura (Bubarkan PKI, Retool
Kabinet Dwikora, dan turunkan harga)
Pada 10 Maret 1966, Presiden Soekarno mengundang pihak-pihak
yang berseberangan dengan kebijakan pemerintah dan perwakilan partai-partai
politik. Pada akhirnya, pertemuan tersebut menemui jalan buntu. 11 Maret 1966,
Soekarno mengadakan sidang kabinet paripurna. Ketika sidang sedang berlangsung,
situasi di luar gedung tampak tegang sehingga Soekarno meninggalkan Jakarta
menuju Bogor.
Kondisi ibu kota dan daerah-daerah lain yang tidak
kondusif memaksa Presiden Soekarnountuk memberi perintah kepada Letnan Jenderal
Soeharto agar menangani kondisi yang tengah terjadi. Perintah tersebut dikenal
sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar). Supersemar inilah titik awal Orde
Baru
Tindakan yang pertama kali dilakukan Letjen Soeharto
adalah mengembalikan stabilitas nasional dengan memenuhi salah satu isi
Tritura, yaitu pembuburan PKI. Kebijakan-kebijakan Soeharto selanjutnya
diperluas pada bidang lain, seperti menciptakan stabilitas ekonomi.
2.
Pembangunan
Nasional
Sejak pemerintah Oder Baru berdiri, terutama setelah
Jenderal Soeharto resmu menjabat sebagai Presiden RI yang kedua. Langkah utama
melaksanakan pembangunan nasional tersebut adalah membentuk Kabinet Pembangunan I sesuai dengan Tap
MPR No.XLI/MPRS/1968 pada 6 Juni 1968. Tugas pokok Kabinet Ampera.
Program Kabinet Pembangunan I dikenal dengan sebutan
Pancakrida Kabinet Pembangunan, yang berisi:
a. Menciptakan
stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak berhasilnya pelaksanaan
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Pemilihan Umum (Pemilu)
b. Menyusun
dan merencanakan Rencana pembangunan Lima Tahun
c. Melaksanakan
pemilihan umum selambat-lambatnya pada Juli 1971
d. Mengembalikan
ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengikis gabis sisa-sisa G 30 S/PKI
dan setiap bentuk ronrongan, penyelewengan, serta pengkhianatan terhadap
Pancasila dan UUD 1945
e. Melanjutkan
penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur negara baik di pusat
maupun di tingkat daerah dari unsur-unsur komunisme.
A.
Ciri-ciri
Pokok Kebijakan Pemerintah Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru berusaha menciptakan
stabilitas politik dan ekonomi. Stabilitas tersbut dianggap oleh pemerintahan
ini sebagai syarat berhasilnya pelasanaan pembangunan serta terselenggaranya
pemerintah. Untuk memperbaiki kehidupan rakyat yang selama pemerintah Orde Lama
berada dalam kehidupan yang berat karena mengalami serba kekurangan, pemerintah
Orde Baru melakukan rencana Pembangunan
Lima Tahun(Pelita).Konsep
Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Untuk merealisaikan pembangunan seperti
yang diamatkan GBHN, Pemerintahan Orde Baru melaksanakan konsep Pembangunan
Lima Tahun yang dimulai sejak 1 april 1969.
1. Pelita
I (1 April 1969 – 31 maret 1947)
2. Pelita
II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)
3. Pelita
III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)
4. Pelita
IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)
5. Pelita
V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)
6. Pelita
VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)
7. Pelita
VII (1 April 1999 – 31 Maret 2004)
Sampai 1998, telah dilaksanakan
enam pelita. Pelita merupakan langkah pembangunan yang tersusun dan tersencana
dengan sasaran dan tujuan yang jelas. Melalui langkah-langkah tersebut terlihat
adanya peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang terlihat dari
kondisi objektif.
B.
Meningkatnya
Peran Negara dan Dampaknya bagi Kehidupan Masyarakat
Selama pemerintahan Orde Baru
berkuasa (sekitar 32 tahun), istilah pembangunan, stabilitas dan pertumbuhan
telah menjadi jargon politik yang dijalankan oleh pemerintahan ini. Untuk
mencapai tujuan tersebut, negara telah mengambil peran yang menentukan dengan
menempatkan kekuasaan yang besar di tangan presiden. Namun, dengan struktur
politik yang dibuat oleh pemerintah serta pengorganisasi seluruh unsur politik
dan potensi masyarakat, peran negara semakin meningkat yang direprestasikan
oleh semakin kuatnya tangan eksekutif pada Presiden Soeharto.
Misalnya, sejak 1977, pemilu
pertama pada masa Orde Baru, partai politik yang diakui hanya tiga, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Adapun dua partai lainnya hanyalah sebagai pelengkap dari sistem demokrasi
(Demokrasi Pancasila) yang dikembangkan oleh pemerintahan Orde Baru.
Untuk mencapai tujuan pembangunan
sesuai dengan tahapan pelita yang direncanakan maka diperlukan stabilitas.
Untuk itu, birokrasi pemerintahan dijaga dari unsur-unsur yang mampu melawan
negara. Para pegawai pemerintah diorganisir dalam Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Para buruh, pengusaha,
wartawan, guru, pemuda, pelajar, mahasiswa dan kelompok profesional ditampung
dalam wadah yang disponsori oleh pemerintah. Oleh karena itu, lahirlah PGRI,
IDI, KNIP, Kadin dan PWI yang menyatu dengan pemerintah. Para pengurus serta
anggota organisasi-organisasi tersebut juga harus menjadi anggota Golongan
Karya.
Selama orde Baru, semua aktivitas
masyarakat dikontrol dengan ketat oleh pemerintah. Kelompok yang menentang
kebijaksanaan negara dianggap sebagai musuh negara yang anti ideologi negara,
Pancasila. Mereka yang menentang kebijaksanaan pemerintah sering diidentik
dengan komunis. Untuk membersihkan unsur komunis dalam masyarakat, maka sejak
1978 melalui ketetapan MPR dikeluarkan ketetapan MPR dikeluarkan ketetapan
mengenai perlunya Pedoman Pengalaman dan Penghayatan Pancasila atau P-4.
Menguatnya peran negara dalam
kehidupan politik Orde Baru terlihat dari tampilnya ABRI sebagai kekuatan
sosial politik. Pemerintah Orde Baru telah berhasil menciptakan stabilitas
nasional melalui program pembangunan yang dijalankannya. Akan tetapi, terdapat
beberapa peristiwa yang tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan tersebut.
Peristiwa tersebut, di antaranya Tregedi Malari 1974.
Sejak kelahiran Orde Baru, mulai
disadari pentingnya peningkatan ekonomi yang pada zaman Orde Lama mengalami
kemerosotan. Melalui kemampuan manajerial yang dimiliki oleh Presiden Soeharto
maka dipililah orang-orang yang cakap di bidang ekonomi untuk mulai merancang
pembangunan ekonomi nasional. Terdapat lima orang ekonom ialah Emil Salim, Widjojo Nitisastro, Ali
Wardhana, Mohammad Sadli dan Subroto. Mereka kemudian dikenal
sebagai Mafia Berkeley karena semuanya alumni dari Universitas California
Berkeley Amerika Serikat.
Mereka merancang repelita atau
tahapan pembangunan lima tahunan dengan menekankan pada pertumbuhan, stabilitas
dan terciptanya kesempatan kerja pada angkatan kerja. Untuk itu, modal asing
dari Barat diundang masuk ke Indonesia, hubungan dengan lembaga internasional
diciptakan dengan baik. Lembaga seperti Inter- Governmental on Group for
Indonesia (IGGI) yang dibentuk pada 1966-1967 sebagai negara-negara yang
bersedia memberi pinjaman ekonomi kepada Indonesia serta Dana Moneter Internasional (IMF) serta Bank Dunia menjadi penyedia dana bagi pembangunan ekonomi.
Namun, kekcewaan berbagai kelompok mulai
muncul terutama pada awal 1990-an. Disebabkan ada kesan bahwa pembangunan lebih
banyak dinikmati oleh segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan Presiden
Soeharto. Sementara, daerah dengan segala potensi sosial, ekonomi, dan budaya
merasa lebih banyak dieksploitasi oleh pemerintah pusat.
Sebagian rakyat kecewa menyaksikan
jurang pemisah kaya dan miskin yang semakin lebar dan tampak secara kasat mata
serta terbelenggunya aspirasi mereka untuk disampaikan kepada rezim yang sedang
bekuasa. Parlementer yang dipilih sesuai pemilu setiap tahun tidak mencerminkan
perwakilan rakyat. Sebaliknya, mereka lebih banyak berperan sebagai kepanjangan
tangan eksekutif untuk melegitimasikan
kekuasaannya. Demokrasi yang dijalankan oleh pemerintah Orde Baru adalah
demokrasi sesuai dengan yang ditafsirkan oleh elit yang sedang berkuasa untuk
mempertahankan kekuasannya.
3. Dampak
Revolusi Hijau dan Industrialisasi dalam Kehidupan Masyarakat
Untuk meningkatkan swasembada
pangan serta memberi makan pada jutaan penduduk, pemerintahan Orde Baru
berusaha membangun industri pertanian melalui berbagai cara. Salah satu cara
yang dilakukan adalah melalui usaha pengembangan Revolusi Hijau. Berbagai macam
penelitian dilakukan untuk mendapatkan varietas tanaman pertanian yang sesuai
dengan kondisi alam di Indonesia. Usaha ini semakin berkambang setelah IPB
mendapat bantuan bibit unggul dari IRRI pada 1966. Upaya ini merupakan bagian
dari strategi umum untuk meningkatkan produksi pertanian di Indonesia, yaitu
ekstensifikasi, intensifikasi dan mekaniasi. Pada 1984, Indonesia berhasil
berswasenbada beras. Sepuluh tahun kemudian, Indonesia mengimpor beras lagi.
Tidaklah berlebihan jika pada 1984, Presien Soeharto mewakili bangsa Indonesia
mendapatkan penghargaan dari FAO di Roma.
Namun, revolusi ini telah
menimbulkan akibat negatif berupa penrunan kesuburan tanah dan melebarnya
kesenjangan sosial ekonomi di pedesaan. Revolusi Hijau memerlukan modal tidak
sedikit, hanya efisien untuk lahan yang luasnya mendekati 1 hektar atau lebih.
Akibatnya, hanya petani kaya yang mendapatkan keuntungan dari Revolusi Hijau.
Ketimpangan ini berlanjut sehingga terjadi akumulasi (penumpukan) pengusaan
tanah. Para pemilik lahan sempit (kurang dari 0,5 ha) berkurang jumlahnya. Mereka
menjadi buruh tani atau berurbanisasi di perkotaan untuk beralih profesi kerja
di sekitar industri atau sektor nonformal. Industrilisasi yang dijalankan oleh
pemerintah Orde Baru berhasil memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat. Hal
ini mencerminkan bahwa negara Indonesia semasa Orde Baru sedang menuju sebuah
negara industri. Persoalan utama dari akibat industri industrilisasi dan
sekarang menjadi isu global adalah masalah lingkungan hidup. Akibatnya, manusia
terancam kanker kulit dan katarak mata serta sistem imunisasinya lemah.
Pembukaan kawasan perkebunaan,
pertanian, dan perkantoran di luar Jawa telah memperburuk kualitas lingkungan
hidup. Banyak pengusaha Indonesia, terutama para pemilik Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) yang tidak memeperhatikan kelestariaan lingkungan. Untuk membuka lahan
hutan, mereka menebang pohon tanpa penananaman kembali (reboisasi). Banyak pula
yang membabat serta membakar hutan karena kebiasaan melakukan ladang berpindah.
Akibatnya, kebakaran hutan melanda Kalimantan, Sumatera, Jawa dan Irian Jaya
anatara 1994 dan 1998. Kebakaran ini tidak hanya menimbulkan polusi asap di
negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei, tetapi mengancam
kelangsungan hidup flora dan fauna di hutan-hutan tersebut.
Ternyata, industri yang dibangun
tidak memberi dampak yang positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar, bahkan menimbulkan kerusakan lingkungan. Devisa yang diperoleh dari
hasil ekspor barang industri lebih banyak menguntungkan negara dalam skala
makro dibandingkan dengan masyarakat sekitar daerah industri. Keadaan seperti
ini ternyata tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah Orde Baru.
C. Lahirnya
Orde Reformasi
|
12 Mei 1998
|
21 Mei 1998
|
7 Juni 1999
|
20 Oktober 1999
|
9
Agustus 2001
|
|
Peristiwa Semanggi
|
Presiden
Soeharto memundurkan diri
|
Pemilihan
Umum
|
Abdurrahaman
Wahid dilantik menjadi Presiden ke-4 RI
|
Megawati
dilantik menjadi Presiden ke-5 RI
|
1.
Faktor-Faktor
Munculnya Tuntutan Reformasi
Runtuhnya Orde Baru yang ditandai
dengan pernyataan pengunudran Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 dan tuntutan
reformasi yang terus dikumandangkan masyarakat Indonesia disebabkan oleh krisis
multidimensional yang melanda Indonesia. Krisis yang melanda Indonesia sejak
1997 sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi. Presiden RI ke-1 tersebut
disebabkan Indonesia memutuskan hubungan dengan negara-negara Barat. Istilah go
to hell terhadap bantuan Amerika Serikat serta lembaga-lembaga keungan seperti
Internasional Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia merupakan jargon yang sering
diungkapkan oleh para politisi Orde Lama.
Sejak krisis melanda Indonesia pada
1997 dan jatuhnya Presiden Soeharto pada 1998 terjadi ratusan demonstrasi
mahasiswa di berbagai kota di Indonesia. Puncak dari demonstrasi mahasisiwa
tersebut terjadi pada 21 Mei 1998 di depan Gedung DPR/MPR sampai munculnya
pernyataan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan digantikan oleh B.J. Habbie.
2. Proses
Runtuhnya Orde Baru dan Berkuasanya Pemerintah Reformasi
Tuntutan reformasi yang akhirnya
menyulut kerusuhan besar di Jakarta pada 14 Mei 1998. Pada 21 Mei 1998,
Presiden Soeharto akhirnya memundurkan diri dan segera digantikan oleh B.J.
Habbie yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden.
Sidang Umum (SU) MPR kemudian
mengambil keputusan melalui pemungutan suara pada 19 Oktober 1999. Akhir dari
SU itu adalah pemilihan presiden dan wakil presdien. Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) menyeleksi tiga kandidat presiden yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
Megawati Soekarnoputri dan Yusril Ihza Mahendra. Hasilya, Gus Dur
keluar sebagai pemenang dengan meraih 373 suara. Dengan demikian, Presiden ke-4
RI untuk masa bakti 1999 – 2004 adalah K.H. Abdurrahman Wahid dan Wakil
Presiden RI adalah Megawati Soekarnoputri.
Pelantikan Abdurrahman Wahid
sebagai Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada 20 Oktober 1999,
sedangkan pelantikan Wakil Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada 21
Oktober 1999. Dalam masa pemerintahannya, Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil
presiden Megawati Soekarnoputri membentuk kabinet yang kemudian diberi nama Kabinet Persatuan Nasional.
Pada 20 Juli 2001 pukul 17.45 WIB,
Presiden Abdurrahman Wahid mengangkat Komisaris
Jenderal (Pol) Chaerudin Ismail sebagai Pemangku Sementara Jabatan
Kepolisian RI menggantikan Jenderal
Bimantoro yang sebelumnya telah dinonaktifkan. Pada 9 Agustus 2001,
Presiden Megawati Soekarnoputri akhirnya resmi menjadi Presiden RI ke-5.
Selanjutnya, Megawati mengumumkan komposisi kabinetnya yang diberi nama Kabinet Gotong Royong.
D. Perkembangnya
Masyarakat pada Masa Reformasi
|
7 Juni 1999
|
30 Agustus 1999
|
|
Pemilu
yang diikuti 44 partai
|
Lepasnya Timor-Timur
|
1.
Perkembangan
Politik setelah 21 Mei 1998
Jatuhnya, Presiden Soeharto pada 21
Mei 1998 sebagai tanda jatuhnya Pemerintahan Orde Baru menandai era baru dalam
kehidupan politik di Indonesia. Kehidupan politik pertama yang paling menonjol
pada pemerintahan berikutnya, yaitu diselenggarakannya pemlu pada 7 Juni 1999.
Berikutnya partai pada masa
Reformasi ternyata tidak diikuti dengan ketetentraman dalam kehidupan politik
bangsa. Konflik yang terjadi, bukan hanya antarpartai, melainkan juga dalam
tubuh partai itu sendiri. Beberapa konflik tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Dalam
tubuh Partai Golkar terjadi konflik setelah terpilihnya Akbar Tanjung sebagai
Ketua Umum pada masa Presiden B.J. habbie. Konflik diikuti dengan pembentukan Partai Keadilan dan Persatuan (PKP)
dengan mengankat Edy Sudrajat, purnawirawan
ABRI sebagai ketuanya. Beberapa fungsionaris Golkar 18 Agustus 1999 menghendaki
agar A.A Baramuli diadili. Ketua umum Golkar yang menuding beberapa
fungsionaris partai akan membentuk Partai
Medani yang dipimpin oleh Merwah
Daud Ibrahim yang dibantah oleh Marwah sendiri.
b. Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pecahan dari PDI pada masa Orde
Baru pimpinan Suryadi juga tidak
lepas dari konflik internal. Konflik internsal tetap terjadi antara kelompok
yang menghendaki Megawati tetap sebagai ketua umum dan kelompok yang dipimpin
oleh Eros Djarot dan Dimyati Hartono. Dimyati Hartono
akhirnya mendirikan partai baru bernama Partai
Indonesia Tanah Air Kita (PITA) setelah mengundurkan diri dari PDIP pada 7
Maret 2002.
c. Konflik
dalam tubuh PPP ditandai dengan keluarnya banyak kader kemudian mendirikan partai
baru dan mengklaim diri sebagai partai reformis. Salah seorang di antara kader
tersebut ialah K.H Zainuddin M.Z.
yang mendirikan PPP Reformasi pada Januari 2002
d. Dalam
tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) , konflik internal terjadi menjelang
diturunkannya Presiden Abdurahman Wahid oleh MPR. Dua kubu tampil ke muka,
yaitu kubu Matori Abdul Djalil dan
kubu Alwi Shihab. Sampai April 2002
terdapat dua kubu PKB dengan gamabr lambang yang sama, tetapi pengurus yag
berbeda.
e. Dalam
tubuh Partai Bulan Bintang (PBB) konflik terjadi di antara para fungsionaris.
Konflik semakin meruncing setelah kubu Hartono mengadkan muktamar dan
mengangkat Hartono sebagai Ketua Umum PBB. Konflik yang berujung di pengadilan
tersebut, akhirnya dimenangkan oleh kubu
Yusril.
Menurut
Arnold Toynbee, perubahan sosial
akan terjadi apabila ada faktor yang merangsangnya. Teori ini disebut dengan
Teori Respons and Challenges.
Provinsi
Timor Timur sebagai provinsi ke-27 berhasil melepaskan diri dari RI dan
membentuk negara sendiri. Lepasnya provinsi tersebut terjadi pada masa
pemerintahan Presiden B.J. Habibie melalui Jejak Pendapat pada 30 Agustus 1999.
Hasil Jejak Pendapat yang disponsori oleh UNAMET, sebuah badan PBB untuk Timor
Timur, Timtim berada di bawah pengawasan pasukan multinasional PBB (Interfet) dan
penguasaan PBB sampai terpilihnya Xanana
Gusmao, tokoh Fretilin yang pernah ditawan RI di Jakarta sebagai Presiden.
Kemudian, pada 20 Mei 2002 dinyatakan sebagai hari Kemrdekaan Timor Lorosae.
Provinsi
Irian Jaya diberi nama Papua serta otonomi khusus pada Oktober 2001, melalui
persetujuan DPR atas RUU Otonomi Khusus bagi provinsi tersebut. Dengan
demikian, sebagai aspirasi warga setempat dapat direspons oleh pemerintah
pusat, walaupun setelah itu masih terjadi gerakan pemisahan diri dan pembunuhan
terhadap Theys H. Eluay, Ketua
Presidium Dewan Papua pada 11 November 2001.
Tuntutan
merdeka juga muncul di Aceh dan telah menimbulkan banyak korban, baik pada
pihak tentara RI, tentara Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Presiden B.J.Habibie pada 26 Maret 1999, pernah mengakui
adanya operasi militer yang banyak memakan korban jiwa dan meminta maaf kepada
seluruh warga Aceh. Pemerintah Pusat segera meresponnya dengan cara antara lain
menetapkan daerah Aceh sebagai daerah yang memiiki otonomi khusus denga nama Nanggroe Aceh Darussalam. Pada 9
Agustus 2001 Presiden Megawati Soekarnoputri menandatangai UU No.18 tentang
otonomi darah tersebut. Melalui deplomasi Internasional akhirnya RI dan GAM
mencapai kesepakan damai pada 9 Desember 2002 di Jenewa, Swiss atas sponsor Henry Dunant Center (HDC). Upaya serupa
dilaksanakan pada pemerintaha Susilo Bamabang Yudhoyono di tahun 2004.
Jalan
perdamain Aceh semakin terbuka terutama setelah bencana nasional Tsunami pada
akhir Desember 2004. Melalui perantara yang sama yaitu HDC, Pemerintahan RI dan
GAM berunding di Helsinky, Finlandia dan berhasil memutuskan kesepakatan yang
baik bagi ke dua belah pihak.
Sampai
September 2002 terdapat 287 kabupaten dan 88 kota baru di Indonesai. Sejak Juli
1997 sampai Oktober 2002 terjadi lebih dari 60 kali ledakan bom di berbagai
daerah. Ledakan paling besar terjadi pada 12 Oktober 2002 di daerah wisata
Jalan Legian, Kuta, Bali.
2.
Kondisi
Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Berbagai Daerah
Pada Juli 1998, terjadi pendudukan lahan
pertenakan di Tapos, Bogor, Jawa Barat yang dimiliki mantan Presiden Soeharto.
Pada Agustus 1998 terjadi pengakaplingan 1.400 hektare lahan yang dimiliki
putra sulung Presiden Soeharto di Lampung. Untuk mengatasi masalah kemiskinan
dan pendidikan mengeluarkan kebijaksanaan berupa program Jaring Pengamanan
Sosial (JPS) yang diluncurkan pada 1998 dan didanai APBN serta pinjaman luar
negeri. Ternyata mental masyarakat yang terkena krisis bertambah buruk,
terbukti dana untuk masyarakat miskin pun dikorupsi oleh mereka yang memiliki kesempatan
untuk melakukannya.
1xBet korean | Bet on sportsbook with legalbet.co.kr
BalasHapusFree Bet: Sportsbook with legalbet.co.kr. · Free Bet: 1xbet giriş Sportsbook with legalbet.co.kr. · Sportsbook With: LegalBet.co.kr · Sportsbook With: LegalBet.co.kr
BetRivers New Orleans - CasinoCyclopedia
BalasHapusLocated 안산 출장마사지 in New Orleans, BetRivers is within a 15-minute walk of 천안 출장마사지 other tourist attractions such as the 태백 출장안마 Museum of American Art and 여주 출장마사지 a few 구리 출장샵 other historic sites.